Kepastian Tidak Kunjung Datang
Tak terasa sudah 1 tahun berlalu semenjak kami mengakhiri masa pembelajaran dan menunggu kepastian yang tidak jelas. Dengan iming-iming ke luar negeri, mereka berkata-kata dan mencoba menarik simpati orang lain. Membayangkan kenyataan yang harus kami terima selama ini sungguh menyedihkan. Kami sering berkonsultasi dengan teman lain dan bertanya apakah sudah ada jawaban dari sana ? Mereka pun menjawab tidak ada.
Betapa hancur lagi perasaan ini, ketika ditanyakan mengenai kejelasan. Ketika pertama kali mereka datang ke sekolah, mereka membahas mengenai program ke luar negeri dan bertema sosialisasi. Mereka mencoba memberikan instruksi dengan baik kepada semua para hadirin yang datang disana.
Aku berpikir dan merasa tertarik dengan program ini. Program yang menurut ku jarang ada dan siapa sih yang tidak ingin ke luar negeri ? Aku bertanya kepada orangtua dan mereka juga mendukung agar aku mengikuti program itu. Aku pun berterimakasih karena sudah diberikan izin oleh kedua orangtuaku. Mereka pun mulai berupaya untuk mendapatkan uang tambahan demi program yang aku jalani saat itu.
Aku bersama dengan teman-teman lain pun tertarik mengikuti program itu. Awalnya banyak yang datang dan mereka berambisi untuk ke luar negeri. Masih dengan iming-iming luar negeri, kami pun bersemangat dan terus memacu keinginan agar mampu ke luar negeri yang diumbar oleh mereka. Suka duka kami rasakan selama proses pembelajaran kami di grup itu. Hari lepas hari kami bersama dan pada pertengahan tahun kami pun mulai berpisah untuk mengadakan ujian kelulusan di Jakarta. Kelompok pertama kami berhasil lolos dalam ujian kelulusan. Dan pada bulan berikutnya, aku dan teman yang lain berangkat ke jakarta. Dengan penuh semangat dan doa, kami berangkat untuk mendapatkan lembaran kertas penentu kami lulus.
Setelah beberapa hari berlalu, kami pun mendapat pemberitahuan bahwa sebagian besar dari kami lulus dan beberapa dari teman kami mengalami kegagalan. Tentu saja kami merasa senang karena lulus dan kepada teman lain, kami mencoba menhibur mereka untuk mau bersemangat kembali belajar. Itu adalah sebuah ikatan persahabatan.
Dan beberapa orang dari teman kami yang gagal tadi mengikuti pembelajaran bahasa kembali. Mereka memulai dari awal dan sama seperti yang sudah kami lakukan, mereka pun ujian di Jakarta, ditempat yang sama. Dan mereka pun dinyatakan lulus. Sembari itu kami yang sudah lulus harus dihadapkan dengan sebuah tantangan. Berbagai ocehan orang datang dan mereka bertanya-tanya kejelasan kami. Kami hanya mampu berkata sabar dan semua ada waktunya. Tak kala ada juga yang mengejek kami karena program itu tidak bagus.
Kami pun menghiraukan perkataan mereka yang sudah berkata demikian. Kami yakin kalau kami akan pergi ke luar negeri secepatnya. Kami pun mulai bertanya-tanya juga akan kejelasan nasib kami ke luar negeri. "Kapan, kapan dan kapan kami akan berangkat..?" itu saja pertanyaan yang datang menghantui pikiran kami. Sampai akhirnya kami jenuh dengan penantian panjang dan melihat beberapa teman sudah berangkat dengan perbandingan orang 1:4, 1 laki-laki dan 4 perempuan. Sementara itu kami yang laki-laki masih "menganggur" sampai sekarang dan mulai malas untuk membahas mereka.
Lalu aku teringat akan perkataan mereka yang berbunyi "akan berangkat ke luar negeri" dan aku perbandingkan dengan kejadian sekarang ini. Ternyata semua itu tidak ada dan sulit menerima kenyataan dan kemungkinan kami tidak akan berangkat. Ketika itu juga aku merasa bersalah karena sudah salah pilih jalur dan karena hal ini juga lah yang menyebabkan aku dan teman-teman lain menjadi ketinggalan 1 tahun dalam pembelajaran menjadi seorang mahasiswa.
Semua program ditawarkan kepada kami, dan kami hanya menepati janji sesuai dengan perkataan mereka ketika itu di sekolah. Kami hanya mengikuti program mereka bukan program lain. Kami pun ditawarkan untuk mencari info keluarga di sana, tapi tidak ada hasil juga.
Semua program ditawarkan kepada kami, dan kami hanya menepati janji sesuai dengan perkataan mereka ketika itu di sekolah. Kami hanya mengikuti program mereka bukan program lain. Kami pun ditawarkan untuk mencari info keluarga di sana, tapi tidak ada hasil juga.
Ingin ku berteriak dan melampiaskan semua perasaan kekecewaan ku, tapi sama siapa ?????
Orang berkata tanya sama si A saja dan si A berkata nanti akan kami tanyakan kepada si B. Maksudnya apa sekarang ini ?? Mengapa kami jadi tidak jelas begini ?? Dan mengapa kami merasa tidak ada keadilan yang berpihak kepada kami...? Ketika aku bertanya sebuah kejelasan kami dalam forum, si A hanya mampu berkata "konsultasi dengan teman-teman yang berada di luar negeri sana" dan "kita sama-sama cari solusi" selain itu aku bertanya berapa persen kah laki-laki yang berangkat sebelum teman kami si M ??
Orang berkata tanya sama si A saja dan si A berkata nanti akan kami tanyakan kepada si B. Maksudnya apa sekarang ini ?? Mengapa kami jadi tidak jelas begini ?? Dan mengapa kami merasa tidak ada keadilan yang berpihak kepada kami...? Ketika aku bertanya sebuah kejelasan kami dalam forum, si A hanya mampu berkata "konsultasi dengan teman-teman yang berada di luar negeri sana" dan "kita sama-sama cari solusi" selain itu aku bertanya berapa persen kah laki-laki yang berangkat sebelum teman kami si M ??
Aku menanti kejelasan dari mereka dan tidak ada tanggapan dari si A. Betapa hancur sekali perasaan ini ketika aku bertanya kejelasan malah tidak ditanggapi, malahan pihak dari luar negeri sana berkata "Ini baru PERTAMA KALI laki-laki berangkat kesana" What....????!!!!!!!! aku terkejut mendengarkan hal itu...!! Serasa tidak mau mendengarkan lagi ucapan seperti itu. Semua perasaan kekecewaan sudah menumpuk dalam ubun-ubun dan aku ingin berteriak sekuat tenaga....!
Oh Tuhan....!!!!!!!!!!!!!!! Mengapa akhirnya seperti ini...!!!
Mengapa mereka tidak berkata yang sejujurnya dari awal ????
Mengapa mereka menyembunyikan semua hal ini ????
Apa mau mereka dari dulu hingga kami seperti ini ????
Mengapa mereka tidak berterus terang sampai detik ini ????
Kepedihan ini terus berlanjut dan berlanjut. Selalu teringat akan janji manis mereka di awal dan pahit untuk menerima kenyataan sekarang ini. Kami merasa ditipu karena ketidak jelasan mengenai keberangkatan kami kesana. Banyak biaya yang sudah kami keluarkan akhirnya tidak berbuah hasil seperti yang kami harapkan dan tidak pasti.
Jenuh menunggu dan pahitnya kenyataan yang harus kami hadapi membuat kami harus bertahan hingga kini. Aku bertanya dalam hati, apakah mereka tidak berpikir kedepannya bagaimana dengan nasib kami yang belum berangkat hingga kini...? dan mengapa ketika ditanya kejelasan waktu belum ada tanggapan sampai sekarang ? Mungkin mereka akan berkata "secepatnya" tanpa ada rentang waktu yang jelas...!
Aku berharap tidak terjadi lagi seperti ini kepada siswa-siswi yang sedang mengikuti pelajaran saat ini. Dan aku bersama teman yang lain meminta sebuah kepastian yang jelas kapan keberangkatan kami ini...! Karena kami tidak butuh janji - janji manis yang keluar dari bibir kalian, kami minta kepastian jelas... SEGERA !
CLICK HERE TO CONTINUE
CLICK HERE TO CONTINUE