Menjelajah Desa Simacem Simalem Dibawah Kaki Sinabung
Ternyata masih banyak keindahan alam yang belum dijelajahi dibawah kaki gunung Sinabung di Sumatera Utara. Keindahan alam yang masih lestari dan jauh dari hiruk pikuk kepenatan. Kali ini saya berkunjung ke desa Simacem simalem, yang terletak di tanah Karo, Sumatera Utara. Penjelajahan saya kali ini melewati daerah Berastagi dan Kabanjahe. Untuk mencapai desa Simacem simalem, saya mengambil rute Medan - Kabanjahe kemudian melanjutkan perjalanan dengan angkutan desa selama lebih kurang 1 jam.
Nama Simacem simalem berasal dari sebuah mata air yang asam dan dalam terjemahan bahasa Karo, simacem berarti asam sedangkan simalem artinya cantik/indah. Dan dari situlah asal muasal nama dari desa Simacem simalem. Selain itu, ternyata sumber mata air di desa itu memiliki keunikan lain dari mata air biasanya. Rasa air yang dihasilkan pun sedikit berasa asam seperti air jeruk nipis namun air dari sumber mata air tersebut segar dan dapat diminum.
Kebanyakan masyarakat desa di sana bermata pencarian sebagai petani dan juga berkebun dan berladang. Selain itu, di desa tersebut ada makanan khas yang rasanya enak dan patut untuk dicoba. Ada beberapa makanan khas desa tersebut, beberapa diantaranya adalah makanan ringan seperti Chimpa atau Apam. Para pembaca mungkin penasaran apa itu Chimpa atau Apam, bukan ?
Chimpa dan Apam adalah makanan yang berbahan dasar kelapa. Pengolahan Chimpa dilakukan dengan cara menambahkan tepung beras dan juga gula merah. Kemudian dibungkus dalam daun dan direbus, sementara pengolahan Apam hanya penambahan tepung beras dan kemudian dipanggang.
Apam |
Chimpa |
Selain dari keunikkan air asam di desa tersebut, ternyata masih ada banyak lagi hal yang perlu dijelajahi. Diantaranya objek wisata pendakian gunung Sinabung, berkunjung ke kebun buah dan sayuran, objek wisata Lau Kawar.
Untuk melakukan pendakian ke gunung Sinabung dapat melalui rute Lau Kawar yang berada tepat dibawah kaki gunung tersebut atau dapat juga dilalui melalui desa yang terdekat. Tapi sayang sekali, prasarana ke tiap desa belum sepenuhnya ada, masih jarang ditemukan alat transportasi dan belum lagi didukung keadaan jalan yang rusak dan berlubang.
Pendakian ke gunung Sinabung memakan waktu lebih kurang 3 jam tanpa istirahat. Tapi semua rasa lelah itu akan hilang ketika sudah dapat mencapai puncak gunung. Namun perlu diberitahu kepada para pendaki agar tetap waspada terhadap aktivitas gunung Sinabung yang masih dalam status gunung api aktif.
Selain dari wisata pendakian gunung Sinabung, kita juga dapat berkunjung ke kebun buah dan sayur. Kebanyakan jenis tanaman yang dibudidayakan adalah jeruk dan kita juga dapat memetik buah jeruk dari kebun jeruk langsung. Dan apabila beruntung dan mampu berbicara kamu akan mendapat banyak sekali buah dengan harga murah. Hasil buah dan sayur yang berasal dari desa Simacem simalem sangat alami dan segar, para petani pun langsung memetik buah dan sayur untuk kemudian dikirim ke Medan dalam kondisi segar.
Tidak jauh dari desa tersebut ada objek wisata Lau Kawar. Di tempat ini, para pengunjung kebanyakan mengadakan kegiatan perkemahan didekat danau Lau Kawar. Pemandangan yang indah yang berada disekeliling danau membuat saya kagum akan ciptaan Maha Kuasa.
Tapi sangat disayangkan, entah mengapa setiap objek wisata selalu saja ada masalah dalam penanggulangan sampah. Saya sebenarnya kecewa juga melihat para pengunjung yang seenaknya saja membuang sampah di daerah tersebut. Bukan menjaga objek wisata, eh malah dirusak. Saya juga berharap kepada masyarakat yang berada di objek wisata tersebut agar ikut turut andil dalam pelestarian Lau Kawar.
Saya merasa senang karena sudah dapat menjelajahi alam tanah Karo yang indah dan semoga kita dapat melestarikan alam untuk anak cucu kita kelak. Menjuah juah Tanah Karo Simalem..!